Penyediaan Akses Air Minum, Sanitasi Dan Permukiman Di Desa Tuapejat Sumbar


Desa Tuapejat di Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu dari 17 desa di Indonesia yang ditetapkan sebagai daerah yang memiliki kemiskinan ekstrim dan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrim bahwa semua stakeholder mengambil peranannya dalam upaya penghapusan angka kemiskinan ekstrim.

Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sumatera Barat pada tahun 2023 ini melaksanakan program Pengentasan Kemiskinan Ekstrim (PKE) melalui penyediaan akses dasar permukiman, yaitu air minum, sanitasi serta pengembangan kawasan permukiman di Desa Tuapejat.

Kepala BPPW Sumatera Barat Kusworo Darpito mengungkapkan, jika program PKE ini baru berjalan dan ditargetkan akan selesai pada bulan akhir tahun 2023 ini, “Kita saat ini baru mulai jalan, dan ditargetkan pada akhir tahun selesai dan masyarakat dapat segera memanfaatkan infrastruktur yang kita bangun,” tutup Kusworo, beberapa waktu lalu, di Padang.

Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Sumatera Barat Rocky Adam mengatakan, bahwa pelaksanaan program PKE ini akan menyasar pada sebanyak 61 rumah tangga yang memang sebelumnya sudah mendapatkan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Bentuk intervensi kegiatan PKE ini lebih menitikberatkan kepada akses sanitasi, air minum serta jalan dan drainase lingkungan. “Sasaran PKE ini sebanyak 61 rumah yang tersebar pada beberapa dusun, dengan kegiatan penyediaan akses sanitasi, air minum dan jalan serta drainase lingkungan,” tutur Rocky Adam.

Firdaus, salah seorang warga penerima program, mengatakan kalau dirinya serta keluarga dan banyak orang di Dusun Camp Desa Tuapejat yang masih melakukan praktek sanitasi yang tidak sehat atau buang air sembarangan karena ketiadaan toilet dan air minum. “Kami buang air terkadang menumpang di toilet tetangga, atau pun di rawa, air minum tidak ada, untuk kebutuhan air kami mengandalkan air hujan ataupun air resapan tanah dengan sumur yang digali sedalam satu meter,” ucap Firdaus. (Ria Putra-BPPW Sumbar/ari)