Kilas Balik Penanganan Jembatan Indiana Jones di Banten
Jembatan Gantung merupakan langkah terobosan infrastruktur yang dibangun Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga. Banten merupakan salah satu provinsi pertama yang menjadi lokasi pembangunan hasil program direktif Presiden Joko Widodo tersebut. Semenjak tahun 2015 hingga saat ini, Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Banten menyebutkan sudah 54 jembatan gantung yang terbangun dan tersebar di beberapa Kabupaten.
Banten sebagai provinsi penyangga Kota Jakarta masih terdapat daerah yang tertinggal, khususnya infrastruktur dasar untuk sarana dan prasarana kegiatan masyarakat. Tepatnya tahun 2015, jejak digital menceritakan sejarah infrastruktur dasar Kabupaten Lebak yang memprihatinkan yaitu anak sekolah menyusuri jembatan gantung dengan kondisi yang sangat membahayakan. Foto tersebut viral setelah media massa nasional bahkan internasional mengangkatnya dan menyebutnya sebagai jembatan Indiana Jones.
Melihat hal tersebut, Presiden memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimulyono untuk menangani masalah jembatan gantung. Kepala BPJN Banten Wahyu Supriyo Winurseto saat mengisi acara Podcast Bincang Jalan dan Jembatan Ditjen Bina Marga mengatakan, ini merupakan suatu terobosan yang bermanfaat dan berguna, karena salah satu cerita di Lebak itu akhirnya memang banyak sekali daerah daerah yang sangat membutuhkan jembatan gantung baik untuk keperluan adik-adik sekolah dan menjajakan hasil buminya, dan ternyata banyak area-area daerah yang terisolir yang membutuhkannya.
“Di tahun 2015, Banten mendapatkan 10 jembatan gantung yang langsung dibangun dengan bentang yang variatif mulai dari 50 hingga 132 m di beberapa Kabupaten, dan salah satu jembatan gantung yang cukup banyak di Indonesia karena kita ada 54 jembatan gantung yang ada di Provinsi Banten,”tambah Wahyu.
Fungsi Jembatan Gantung dibangun hanya untuk pejalan kaki, motor roda dua atau sepeda. Jembatan-jembatan gantung yang telah dibangun tahun 2015 yaitu Cisimeut, Bojong Apus, Cidikit, Cigeulis, Kolelet, dan sebagainya.
Peran penting Jembatan Gantung yang dirasakan masyarakat selain kebutuhan dasar, juga adanya beberapa akibat bencana banjir sehingga membuat masyarakat terisolir. Apabila tidak ada Jembatan Gantung jarak tempuh untuk ke sekolah 3-4 Km, kemudian untuk menjajakan hasil bumi juga harus mengitari jalan yang cukup jauh, sehingga adanya Jembatan Gantung ini dapat memangkas jarak tempuh, waktu, dan biaya transportasi.
Secara umum, Jembatan Gantung terletak di daerah-daerah terpencil dengan jarak menuju lokasi harus berjalan kaki. Sehingga inovasi yang digunakan dalam pembangunan jembatan berupa struktur yang lebih ringan namun kuat. Jadi secara desain lebih ringkas dan juga menggunakan produk dalam negeri.
Untuk tahun 2023, terdapat Jembatan Gantung yang masih dalam tahap pembangunan di wilayah Banten. Wahyu mengatakan, “saat ini ada Jembatan Gantung Bebojong yang progres pembangunannya 80 persen. Ini jembatan yang sebelumnya jembatan swadaya masyarakat tapi itu runtuh akibat banjir sehingga terdapat permintaan dari Pemda untuk bantuan Jembatan Gantung.”
Jembatan Bambu
Dibalik cerita peran pentingnya jembatan bagi masyarakat pedesaan di Banten, BPJN Banten melalui Program Padat Karya setidaknya telah membangun enam Jembatan Bambu untuk masyarakat Badui dengan bentang yang variatif mulai dari 14-26 meter.
Terdapat keunikan tersendiri dalam pembangunan jembatan di Badui, dimana dalam pelaksanaannya pembangunan Jembatan Bambu ini terdapat kearifan lokal yang harus diperhatikan, mulai dari pemilihan material yang digunakan harus dari bahan alami seperti bambu, injuk dan akar-akaran, pekerjaan dikoordinir langsung oleh Tetua Kampung Badui Dalam. “Jadi memang kita hanya membantu dari sisi upah tenaganya, tetapi untuk pelaksanaannya, pembangunannya semua dilakukan oleh warga Badui,”jelas Wahyu.
Sebagai informasi, Badui merupakan salah satu kekayaan budaya di Indonesia yang harus dijaga kelestariannya. Segala adat istiadat yang terdapat di Badui harus kita hormati termasuk dalam proses pembangunan. Salah satunya adalah pada pembangunan jembatan. Suku Badui menjaga diri dari pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup tradisional. (fqn/rnd)