Perkuat Konektivitas Pansela Yogyakarta, Bina Marga Bangun Jembatan Pandasimo
Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan Jembatan Pandasimo di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa (D.I) Yogyakarta. Termasuk dalam Program Strategis Nasional (PSN), Jembatan Pandasimo dibangun untuk memperkuat konektivitas Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) D.I Yogyakarta dan permudah akses transportasi serta mendukung pengembangan kawasan pariwisata di selatan Yogyakarta. Keberadaannya dapat memangkas waktu tempuh hingga 45 menit dan meningkatkan efisiensi mobilitas masyarakat.
Jembatan Pandasimo memiliki total penanganan sepanjang 1.900 meter dengan bentang utama jembatan sepanjang 675 meter. Progres konstruksinya saat ini mencapai 47,32 persen dan ditargetkan rampung pada akhir tahun 2024. Jembatan ini menelan dana Rp814 miliar yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Provinsi D.I Yogyakarta, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Tengah - D.I Yogyakarta, Setiawan Wibowo mengatakan, lokasi Jembatan Pandansimo berada di atas tanah yang berpasir dan muka air tanah dangkal, serta dekat dengan sumber gempa sesar opak dengan radius kurang dari 10 km. Hal itu menyebabkan Jembatan Pandansimo memiliki kerentanan terhadap potensi likuifaksi, sehingga jembatan akan dilengkapi dengan teknologi Lead Rubber Bearing (LRB).
“Teknologi LRB dirancang untuk mampu menyerap dan mereduksi energi gempa sehingga mampu melindungi struktur utama jembatan dari kerusakan yang berlebih. Selain itu, LRB memiliki sifat elastis yang memungkinkan untuk bergerak atau bergeser jika terjadi gempa dan kemudian kembali ke posisi semula saat gempa berakhir sehingga dapat menyesuaikan diri dengan gerakan tanah sehingga dapat mencegah kerusakan serius pada jembatan,” terang Setiawan.
Selain menggunakan teknologi LRB, jembatan ini menggunakan Corrugated Steel Plate (CSP) yang belum banyak digunakan pada jembatan di Indonesia. Penggunaan CSP diharapkan dapat membuat struktur yang ringan namun kuat, serta cepat dalam pemasangan sehingga relatif lebih efektif dan efisien dari segi biaya dan waktu.
“Penggunaan LRB yang diletakkan di antara Pile Cap dan Pedestal dengan struktur bangunan atas berupa CSP ini baru pertama kali dilakukan di Indonesia,” tambahnya.
Nantinya, Jembatan Pandansimo akan dipercantik dengan ornamen kearifan lokal berupa ikon Gunungan dengan interpretasi Sulur Keris dan Batik Nitik sebagai gerbang penanda mandala terciptanya ruang budaya, Selain itu, terdapat Gapura Joglo sebagai penanda titik masuk atau keluar jembatan untuk naungan peneduh. Jembatan ini juga diharapkan mampu “memayu hayuning bawana” yaitu berdampak sosial dan lingkungan sehingga mampu memelihara keselamatan, kedamaian, kebahagiaan, serta kesejahteraan lahir dan batin. (gir)